"...SELAMAT DATANG MAS BRO..."

Sabtu, 13 November 2010

Sejarah Pembuatan Gerabah dan Filosofi

Adalah Dewi Anjani yang pertama mengajarkan cara membuat gerabah kepada masyarakat Lombok. Alkisah, Lombok dihuni sepasang manusia Inaq Beleq dan Amaq Beleq. Keduanya adalah penghuni pertama Pulau Lombok yang sedang kebingungan menanak beras dari panen pertama. Dalam bingung, mereka bersimpuh dalam seribu tabik, dan mulai berdoa., Dewi Anjani mendengar doanya. Sejurus kemudian ia mengutus Manuk Bre untuk mengajari mereka mengolah tanah gunung menjadi pemangkaq (periuk) agar mereka dapat hidup dan menikmati hasil panen. Dari sinilah tradisi gerabah lahir. Hingga kini, perabot gerabah masih menjadi pilihan buat kegiatan keagamaan atau upacara tradisional. Misalnya dalam upacara Gawe Mata Aiq, upacara memulai musim tanam padi. Di Lombok Timur, upacara ini didahului dengan membawa sejumlah makanan dan minuman dalam berbagai wadah gerabah, seperti pendaig (wadah air) dan kendi. Menurut tradisi suku Sasak, pembuatan gerabah juga memiliki musim dan waktu khusus. Misalnya pembuatan kemberasan (tempat penyimpan beras) harus dilakukan pada bulan Maulid atau bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pembuatan kemberasan juga harus dilakukan oleh wanita hamil. Sebelum memulai pekerjaannya, si pembuat harus terlebih dahulu menyiapkan persyaratan seperti segenggam gabah, secarik kain tenun, koin Cina kuno, dan sirih yang semuanya dimasukkan dalam keranjang. Semuanya dimaksudkan agar kemberasan yang dibuat dapat memberikan kesejahteraan bagi si pengguna. Ornamen dekoratif yang menghias kemberasan juga memiliki arti khusus. Misalnya simbol bulatan kecil, bulan sabit, atau anak tangga yang diukir mengelilingi wadah. Bulatan kecil melambangkan wanita hamil, hiasan tangga kerap dihubungkan dengan jalan menuju lumbung padi. Hingga kini, dekorasi pada sejumlah gerabah Lombok masih memiliki arti religius. Gerabah di Lombok juga kerap mempunyai kekuatan magis penolak bala.

http://lara09020072.student.umm.ac.id/

all about me...